Kau
tau? Aku beruntung bisa berada di sini sekarang. Jika kau tanya kenapa, karena
kau. Ya, karena kau ada di sini, di tempat ini, yang aku bisa melihatmu setiap
hari. Kau membuat duniaku lebih berwarna. Kau yang mengajariku banyak hal. Tentang
cinta, sahabat, saudara, dan kehidupan.
Siapa
kau? Apakah kau temanku? Ya. Apakah kau sahabatku? Ya. Apakah kau kenalanku?
Ya. Siapa sebenarnya kau? Aku tak tau. Mungkin aku tau. Hanya saja, aku masih
belum menyadarinya. Entah sampai kapan aku bisa bersama denganmu. Aku selalu
ingin mengenalmu lebih dekat.
Kita
selalu bersama. Hingga semua orang mengira-ira. Kita pernah berada di tempat
yang sama, memandang langit, dan kau bercerita. Aku suka. Semua yang kau
ceritakan, dan semua cerita tentangmu. Bahkan apa yang kau suka, mungkin aku
juga akan suka.
Kau
tau apa yang paling kusuka darimu? Kehangatanmu. Kau selalu memberiku
kehangatan. Kau juga yang selalu memberikanku perhatian. Hingga aku tak tau
harus bagaimana. Kebaikanmu, tak akan pernah pudar. Tak seperti embun yang akan
menghilang oleh sinar mentari pagi.
Kau
seperti Mars di langit cerah. Kau yang paling bersinar di antara bintang-bintang
lain. Kau selalu bersinar terang dalam
setumpuk masalah yang mengganggu pikiranmu. Tapi ada saatnya kau terlihat merah padam. Kala
itu, aku tak bisa berbuat banyak padamu. Karena aku terlalu lama berpikir, apa
yang sebaiknya kulakukan untuk mengembalikan keceriaanmu. Hingga kau kembali
terang karena kemauanmu.
Secangkir
kopi. Itu yang selalu menemaniku kala bimbang. Secangkir kopi yang menenangkan.
Secangkir kopi yang menghangatkanku kala malam yang dingin datang. Kau tau? Secangkir
kopi yang kita minum bersama, aku suka. Kenangan yang mungkin tak akan terulang
di masa depan.
“Terima
kasih.” Aku akan selalu mengucapkan itu ketika kita akan berpisah hingga
bertemu kembali esok hari. Karena kau
seperti secangkir kopi. Tak hanya memberikan kehangatan. Manis pahit beradu,
memberikan ketenangan dalam pikiran dan hatiku. Membuatku ingin terus ditemani
olehmu.
0 komentar:
Posting Komentar